Selasa, 12 Oktober 2010

Apresiasi Film

Jika kita benar-benar ingin memahami film, maka kita harus mengetahui aspek-aspek pembangun dari sebuah film. Seperti karya seni lainnya, film juga memiliki sifat-sifat dasar dari sebuah karya seni pahat seperti garis, susunan, warna, bentuk, volume, dan massa. Seperti drama, film melakukan komunikasi visual melalui laku dramatik, gerak dan ekspresi dan komunikasi verbal melalui dialog. Seperti musik, film mempergunakan irama yang kompleks dan halus. Seperti puisi, film berkomunikasi melalui citra dan metafora juga lambang-lambang. Seperti pantomim, film memusatkan diri pada gambar bergerak, dan seperti tari, gambar bergerak pada film memiliki sifat-sifat ritmis tertentu. Seperti novel, film memiliki kesanggupan untuk memainkan ruang dan waktu.

Saat ini film telah diakui sebagai karya seni, namun tidak demikian pada awal munculnya. Meskipun pada saat kelahirannya film sangat populer, tetapi pengakuan masyarakat pada nilai artistik film masih belum terlihat.

Jika kita benar-benar ingin memahami film, maka kita harus mengetahui aspek-aspek pembangun dari sebuah film. Seperti karya seni lainnya, film juga memiliki sifat-sifat dasar dari sebuah karya seni pahat seperti garis, susunan, warna, bentuk, volume, dan massa. Seperti drama, film melakukan komunikasi visual melalui laku dramatik, gerak dan ekspresi dan komunikasi verbal melalui dialog. Seperti musik, film mempergunakan irama yang kompleks dan halus. Seperti puisi, film berkomunikasi melalui citra dan metafora juga lambang-lambang. Seperti pantomim, film memusatkan diri pada gambar bergerak, dan seperti tari, gambar bergerak pada film memiliki sifat-sifat ritmis tertentu. Seperti novel, film memiliki kesanggupan untuk memainkan ruang dan waktu.

Selain banyak persamaan dengan karya seni lain, film juga memiliki perbedaan yang merupakan nilai lebih dari karya seni lain. Film dapat bergerak bebas dan tetap sehingga mampu mengatasi keterbatasan statis dari sebuah karya lukis dan pahat. Film memiliki kemampuan mengambil sudut pandang, gerak, waktu yang beragam yang tidak dapat dilakukan dengan seni drama panggung. Berbeda dengan novel, film tidak berkomunikasi dengan lambang-lambang yang tercetak pada media kertas, tetapi melalui lambang visual dan suara aslinya atau rekayasa.

Film hampir mengakomodasi sensasi dari seluruh panca indera manusia. Saat ini baru indera mata dan telinga yang dapat dinikmati dan beredar di masyarakat luas. Namun di sejumlah bioskop di luar negeri mulai diupayakan melepas aroma tertentu demi menunjang penghayatan dari sebuah cerita film. Selain itu juga dengan peralatan listrik dan komputer yang canggih, saat ini film dapat dinikmati dengan sensasi gerak dan raba.

Mengenal Film
Pentingnya menganalisa film

Melakukan kegiatan analisa terhadap sebuah film tidak akan menghancurkan keindahan dan kemenarikan dari film tersebut. Walaupun pada masa awal film terdapat penolakan untuk menganalisa film oleh pihak tertentu, dengan alasan akan mengurangi rasa cinta terhadap objek yang dianalisa. Analisa yang dilakukan tidak perlu merusak rasa cinta kita kepada film, namun justru akan menguatkan dan bertahan. Oleh karenanya kegiatan menganalisa sebuah film kita sebut sebagai apresiasi film. Berasal dari kata “apreciate” yang artinya memberikan penghargaan atau menghargai.

Salah satu keuntungan dari menganalisa film adalah kita dapat mengawetkan pengalaman yang diberikan sebuah film dalam fikiran kita sehingga dapat kita simpan lebih lama dalam ingatan. Selain itu kita juga mendapatkan kesimpulan yang jelas tentang film tersebut. Jika kita sering melihat film dan menganalisanya maka kita akan lebih selektif dalam memilih film yang akan kita tonton dan kagumi. Kemampuan kita dalam menganalisa pun akan semakin meningkat dan tajam.

Menonton dua kali

Dalam kegiatan apresiasi film, ketika kita menonton film maka akan terjadi dua peristiwa pada diri kita. Pertama kita akan hanyut dalam cerita dan alur film dan pada saat yang sama kita harus mempertahankan tingkat obyektifitas dan daya kritis kita.

Begitu banyak dan cepatnya perkembangan cerita dalam sebuah film, sedangkan kita menginginkan sebuah analisa yang lengkap. Maka untuk sebuah film kita setidaknya berusaha menonton minimal dua kali. Saat menonton yang pertama kita dapat menonton dengan cara biasa, kita tumpahkan semua perhatian pada unsur-unsur plot, pengaruh emosional secara menyeluruh dan ide atau tema pokok. Dan saat menonton yang kedua, biasanya kita tidak lagi terpukau kepada “apa yang terjadi” dalam cerita film, maka kita dapat pusatkan perhatian pada “cara bagaimana” atau “mengapa” dari seni seorang pembuat film.

Unsur-unsur Dramatik dalam Film
Ide Cerita

Bagaimana membuat cerita yang bagus?. Untuk sebagian besar orang yang baru terjun membuat naskah pasti merasa kesulitan. Namun berikut diuraikan kriteria-kriteria bagaimana membuat cerita yang bagus:

· Dipersatukan dalam plot dan alur cerita.

Sebuah plot atau alur cerita yang disatukan dengan suatu urutan peristiwa dan kejadian yang berkesinambungan, dimana antara peristiwa satu dengan peristiwa lain terjadi secara wajar dan logis. Biasanya antara peristiwa-peristiwa tersebut merupakan suatu hubungan suatu sebab akibat yang kuat.

· Masuk akal.

Seorang pembuat film dapat menciptakan sebuah cerita yang masuk akal/kebenaran dengan cara-cara sebagai berikut:

o Kebenaran yang dapat dilihat secara lahiriah.

Kemiripan hidup seperti yang kita alami dan amati yang disampaikan secara nyata dan natural.

o Kebenaran batin dari sifat manusia.

Film jenis ini biasanya berakhir dengan happy ending. Dalam film ini orang-orang baik akan selalu menang dan yang jahat akan kalah. Dibuat demikian karena mengandung apa yang dinamakan “kebenaran batin” .

o Kemiripan artistik dari kebenaran.

Cerita yang menjadikan sesuatu yang tidak masuk akal menjadi sesuatu yang dapat dipercayai.

· Menarik.

Cerita film yang menarik adalah yang mampu mengikat perhatian penonton.

· Ketegangan atau suspense.

Untuk mengikat dan mempertahankan perhatian biasanya dengan memunculkan rasa ingin tahu penonton. Rasa ingin tahu tersebut dapat menimbulkan ketegangan sehingga timbul dorongan yang membuat penonton mengituti arus jalan cerita secara terus-menerus.

· Aksi atau gerak.

Aksi tidak terbatas pada gerak fisik saja seperti perkelahian, pertempuran, pengejaran, dll. Tetapi juga dapat berupa aksi batiniah atau emosional yaitu aksi berlangsung dalam fikiran.

· Sederhana sekaligus kompleks.

Teknik yang digunakan oleh pembuat film yang merupakan perpaduan antara kesederhanaan dan kompleksitas. Mereka mengkomunikasikan cerita dengan cara sederhana, jelas dan langsung tetapi juga merangsang fikiran penonton.

· Mampu menahan diri dalam mengolah materi emosional.

Kemampuan untuk menahan diri dalam mengolah emosi cerita serta tidak melebih-lebihkan diperlukan sehingga penonton tidak merasa termanipulasi. Bahan emosional yang berlebihan justru malah akan membuat reaksi penonton tidak sesuai dengan harapan pembuat cerita. Tetapi juga tidak boleh terlalu rendah (understatement), karena penonton akan merasa direndahkan.

Judul

Judul memiliki arti penting bagi penonton sebelum menonton film. Namun setelah film ditonton maka arti judul biasanya berbeda, akan lebih kaya dan mendalam. Judul adalah sebuah pintu gerbang. Tertarik atau tidaknya penonton pada sebuah film bisa jadi dari judulnya.

Macam-macam sifat dan model dari judul :

* Striking statement

Judul yang mengejutkan, yang biasanya bombastis dan sensasional.

* Menggunakan nama tokoh utama.

Judul model ini sangat efektif untuk menarik perhatian penonton namun sudah dapat tertebak.

* Ironi

Mengutarakan ide yang merupakan kebalikan dari arti yang hendak disampaikan.

* Mengarahkan perhatian penonton pada sebuah adegan kunci.

Dengan demikian memikirkan kemungkinan arti sebuah judul film setelah menonton film adalah bermanfaat.

Tema dan Maksud

Tema berfungsi sebagai faktor dasar pemersatu film. Menentukan tema sering merupakan sebuah proses yang sulit. Kita tidak bisa mengharapkan tema akan diungkap secara jelas di pertengahan film. Biasanya setelah melihat keseluruhan film kita akan mengetahui tema dari film tersebut.

Penggunaan kata tema pada film, sama seperti penggunaan pada novel, drama atau puisi. Tema dapat berarti ide pokok, persoalan, pesan, atau suatu pernyataan yang mewakili keseluruhan. Namun dalam ruang lingkup film terutama yang berkembang di Amerika, tema diartikan sebagai persoalan pokok atau sebuah fokus dimana film dibangun. Dalam film, persoalan pokok atau fokus dapat dikategorikan sebagai berikut:

* Plot sebagai tema.

Film yang dibangun dengan plot sebagai tema memberikan penekanan kepada peristiwa-peristiwa yang terjadi. Seperti misalnya film petualangan atau detektif, film-film seperti ini ditujukan memberikan kesempatan kepada kita untuk sejenak melarikan diri dari kebosanan dan kejemuan dari kehidupan sehari-hari. Kejadian dan aksi-aksi dalam film seperti ini harus mampu menggugah dan berlangsung cepat. Tokoh-tokoh, ide, dan efek emosional dari film ini ditentukan oleh plot. Dan yang terpenting dari film ini adalah hasil akhirnya.

* Efek emosional/suasana sebagai tema.

Pada film ini menggunakan efek emosional/suasana yang sangat khusus sebagai fokus atau landasan struktural. Biasanya tidak terlalu sulit untuk mengenali suasana atau emosi utama yang menguasai seluruh film.

* Tokoh sebagai tema.

Film dengan penggambaran suatu tokoh tunggal yang unik melalui akting dan dialog. Daya tarik dari tokoh ini terkandung dalam sifat dan ciri-ciri yang membedakan mereka dari orang-orang biasa. Tema film-film seperti ini dapat dikemukakan dalam pemaparan singkat dari tokoh utama, dengan memberikan tekanan pada aspek-aspek luar biasa dari kepribadian tokoh tersebut.

* Ide sebagai tema.

Film yang mengangkat berbagai aspek kehidupan dan pengalaman atau keadaan manusia menjadi sebuah tema film. Terkadang sangat sulit menebak tema film jenis ini, namun dapat dilakukan dengan mengidentifikasi secara teliti subyek abstrak dari film tersebut dalam satu kata ataupun kalimat seperti misalnya: cemburu, kemunafikan, prasangka, dll.

* Jika kita ingin mengembangkan penemuan tema terhadap film jenis ini, dapat dengan berpedoman pada kategori berikut:

o Tema sebagai sebuah pernyataan moral. Film seperti ini memiliki maksud untuk meyakinkan kita tentang kebijaksanaan atau prinsip moral tertentu dan mengajak kita untuk menerapkan prinsip tersebut dalam tingkah laku kita.

o Tema sebagai sebuah pernyataan tentang hidup. Film seperti ini memfokuskan diri pada penunjukan sebuah “kebenaran tentang hidup”. Selain itu juga memberikan komenar tentang fitrah pengalaman manusia atau penilaian tentang keadaan manusia. Umumnya film jenis ini mencoba menambah perbendaharaan baru pada pengertian kita tentang hidup tanpa memberikan suatu pernyataan moral yang khusus, tetapi dengan memberikan petunjuk-petunjuk.

o Tema sebagai sebuah pernyataan tentang sifat manusia. Berbeda dengan film yang mengangkat tokoh sebagai tema dimana tokoh adalah seorang pribadi yang unik dan berbeda dari orang-orang biasa. Film ini justru menunjukkan sifat-sifat manusia yang universal dan mewakili sifat manusia secara umum.

o Tema sebagai komentar sosial. Film ini ditujukan untuk membuat perubahan sosial.

o Tema sebagai sebuah teka-teki moral atau falsafi. Film seperti ini berkomunikasi terutama melalui lambang-lambang dan citra-citra . Untuk penafsiran pada film jenis ini sangat bersifat subyektif.

Karakterisasi

Karakter tokoh yang kuat dan jelas akan membantu pencapaian kesan dari tema yang disodorkan. Apapun bentuk dan wujud tokoh itu, apakah dia seorang manusia, binatang, benda mati seperti kayu atau batu, wayang, kartun, semua harus dapat diterima dan logis.

Banyak cara untuk menggambarkan tokoh agar sesuai dengan tema yang dikemukakan. Yang pertama dapat dengan secara langsung diceritakan. Cara ini yang paling mudah namun memerlukan kejelian dalam mencari titik fokus penggambaran dan mencari kata-kata yang tepat untuk melukiskannya. Cara kedua adalah dengan dialog tokoh dengan lawan mainnya. Dari dialog dapat diketahui apakah tokoh temperamental, penyabar, pendendam, dll. Cara ketiga dapat dengan cara menggambarkan tingkah laku tokoh. Ketika dia bereaksi terhadap suatu stimultan, gerak-geriknya ketika melakukan sesuatu, tergambarkan dengan jelas.dan masih banyak cara lainnya.

Jika kita tidak memperhatikan unsur-unsur yang paling manusiawi dalam sebuah film, atau tidak tertarik pada tokoh-tokoh dan karakter-karakternya maka kecil kemungkinan bahwa kita akan tertarik pada film itu sebagai suatu keseluruhan. Supaya dapat menarik, tokoh-tokoh haruslah masuk akal, dapat difahami dan menonjol.

Karakterisasi dapat dilihat atau ditunjukkan melalui :

* Penampilan, Karakter yang dapat direka dari penampilan fisik (kesan visual) dari seorang tokoh, seperti pakaian yang dikenakannya, perawakan tubuhnya, dll. Dari penampilan dapat diketahui kaya atau miskin, baik atau jahat, rapi atau lusuh, menarik atau tidak menarik, dll.
* Dialog, Karakter yang direka dari kalimat-kalimat yang diucapkan saat tokoh berdialog dengan tokoh lain. Serta bagaimana cara tokoh tersebut berucap. Fikiran, sikap dan emosi tokoh terlihat dari cara memilih kata dan tinggi rendah intonasi. Dari dialog dapat diketahui daerah asal, tingkat pendidikan, hobi dll.
* Aksi eksternal, Karakter yang direka dari melihat bahasa tubuh tokoh. Apakah tokoh tersebut ceroboh atau tidak, kaku atau luwes, percaya diri atau tidak, dll.
* Aksi internal, Karakter yang direka melalui aksi batin tokoh. Aksi batin ini berlangsung dalam fikiran dan emosi tokoh terdiri dari fikiran-fikiran yang tidak diucapkan, angan-angan, aspirasi, kenangan, ketakutan, fantasi dan harapan. Realitas batin dapat ditunjukkan melalui gambar atau suara kalbu sang tokoh, dengan kilasan-kilasan, dll.
* Reaksi tokoh-tokoh lain, Apakah dia seorang terkenal atau biasa, disayang atau dibenci, dikagumi atau diremehkan, dll.
* Nama tokoh, Dapat diketahui daerah asal tokoh. Apakah dia orang jawa atau bali, indonesia atau amerika, kota atau desa, dll.
* Identitas tokoh, Apakah dokter atau guru, direktur atau kuli, pelajar atau pengangguran, dll.

Konflik

Jika dalam suatu film tidak ada konflik maka tidak akan ada ceritanya. Konflik adalah sumber utama sebuah cerita. Unsur inilah yang mengikat perhatian kita saat menonton suatu film. Ada dua tipe konflik yaitu eksternal dan internal. Eksternal jika konflik tersebut melibatkan unsur lain dalam film dan internal jika terjadi hanya dalam diri tokoh.

Alur dan Plot

Alur cerita atau yang sering kita sebut plot adalah bangunan sebuah cerita. Berbagai cara dapat dilakukan untuk membangun sebuah cerita.

· Sirkuler

Sebuah plot cerita yang dimulai dari A dan kembali lagi ke A.

· Linear

Sebuah plot cerita yang dimulai dari titik awal dan maju terus hingga titik akhir cerita.

· Foreshadowing

Sebuah plot yang bercerita tentang kejadian yang akan terjadi di masa datang, loncat pada kejadian lain dan pada penutup bercerita kembali tentang kejadian yang sudh diceritakan di depan.

· Flashback

Menceritakan kejadian di masa lampau.

Untuk membangun struktur sebuah cerita yang menarik maka dapat dihadirkan suspens atau kejutan. Dapat berupa kejutan yang sederhana ataupun yang mampu mengembangkan rasa penasaran penonton. Suspens yang terpelihara dengan baik dapat mengukuhkan struktur dramatik sebuah cerita.

Struktur dari sebuah cerita dapat terdiri dari:

· Eksposisi, memberikan gambaran selintas mengenai cerita yang akan terjadi, tokoh yang memerankan, dll.

· Konflik, saat dimana tokoh mulai terlibat dalam suatu permasalahan.

· Klimaks, puncak dari pokok permasalahan

· Resolusi, pemecahan permasalahan.

Setting

Setting adalah waktu dan tempat dimana cerita sebuah film berlangsung. Setting pada umumnya merupakan unsur yang paling berpengaruh pada unsur lain seperti tema, visual efek, kostum, dll.

Empat faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan setting :

* Faktor temporal (waktu), masa saat cerita itu terjadi.
* Faktor geografik, tempat dimana cerita terjadi.
* Faktor ekonomi yang berlaku saat itu.
* Faktor adat dan budaya yang berlaku saat itu.


Unsur-unsur Teknik dalam Film

Musik

Musik dalam film sangat berperan dalam menciptakan suasana atau mood sebuah film. Dari musik yang ada pada film kita dapat mengetahui apakah film itu bernuansa ceria, sedih, mencekam, menegangkan, lucu dan sebagainya. Ada beberapa fungsi musik dalam film, antara lain :

* Musik tema atau Theme music, Musik yang menggambarkan watak atau suasana keseluruhan suatu film. Musik tema sering digunakan sebagai musik pengenal. Dengan demikian setiap kali kita mendengar musik tertentu, kita akan tahu atau ingat film apa yang sedang diputar.
* Musik transisi, Musik yang menghubungkan dua adegan. Durasinya tidak perlu panjang dan disesuaikan dengan suasana film.
* Musik jembatan atau Bridge, Musik yang menjembatani dua adegan dengan suasana yang berbeda. Misalnya adegan yang sedih diikuti adegan gembira maka musik yang digunakan adalah musik dengan suasana gembira.
* Musik latar belakang atau background musik, Musik yang mengiringi adegan yang sedang berlangsung. Tujuannya agar adegan yang berlangsung dapat lebih meresap ke hati penonton. Musik pengiring berupa musik instrumentalia, suaranya tidak boleh terlalu keras sehingga dialog tidak terdengar oleh penonton.
* Musik smash, Musik yang digunakan untuk membuat kejutan atau tekanan. Biasanya terdapat pada film tegang atau horror.

Selain fungsi-fungsi diatas masih terdapat fungsi lain yaitu:

* Untuk menutupi kelemahan dalam sebuah film
* Untuk menciptakan efek damatik atau efek dialog.
* Untuk mendukung kisah batin.
* Untuk memberikan kesan waktu dan tempat.
* Untuk membayangkan peristiwa yang akan terjadi.
* Untuk membina ketegangan dramatik.
* Untuk menambah arti pada kesan visual.

Penulisan penyajian musik dalam naskah :

* IN – UP – NORMAL - DOWN – OUT

Musik masuk, meninggi ke arah normal kemudian menurun dan hilang.

* IN – UP – UNDER – DOWN – OUT

Musik masuk, meninggi ke arah under (setengah dari normal) kemudian menurun dan hilang.

* IN – UP - DOWN – OUT

Musik masuk dan hilang.

* IN – UP – UNDER

Musik masuk dan menjadi background.

Suara

Untuk bisa menghasilkan suara yang baik diperlukan jenis mikrofon yang tepat. Jenis mikrofon yang akan digunakan dipilih yang mudah dibawa dan peka terhadap sumber suara, tetapi harus mampu meredam gangguan suara dari luar.

Beberapa petunjuk yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan dan memilih mikrofon :

* Dekatkan mikrofon yang akan digunakan dengan sumber suara dan perhatikan arah mikrofonnya
* Hati-hati dan perhatikan saat pemasangan mikrofon supaya tidak ada suara yang tidak diperlukan masuk kedalam daya tangkap mikrofon dan jangan lupa gunakan windscreen, untuk keperluan menutup suara akibat dari gangguan angin.
* Perhatikan pula kemungkinan timbulnya gema didalam ruangan, disarankan agar lebih baik mengikuti gerakan sumber suara, untuk keperluan ini gunakan jenis mikrofon dengan poleboom atau fishpole.
* Untuk tempat yang banyak gangguan suara gunakan jenis mikrofon unidirectional, karena jenis ini hanya dapat menangkap suara dari satu arah saja, sedangkan untuk lokasi yang tenang dapat digunakan jenis nondirectional, karena jenis ini dapat menangkap suara dari segala arah.

Cahaya

Tata cahaya sama pentingnya dengan tata kamera dan teknik-teknik khusus yang lain. Dengan mengendalikan intensitas cahaya, arah dan tingkat pemancaran cahaya, seorang sutradara dapat menciptakan kesan ke dalam ruang, menegaskan dan membentuk sosok serta menyampaikan suasana emosional. Oleh karena itu, cara penyinaran sebuah adegan merupakan faktor penting dalam menentukan apakah secara dramatik penyinarannya efektif atau tidak.

Ada dua istilah yang dipergunakan untuk membedakan intensitas cahaya:

* Low Key

Tata pencahayaan dimana sebagian besar set berada dalam lingkupan bayang-bayang, sedangkan subyek didefinisikan oleh beberapa penyinaran tinggi. Tipe ini cocok untuk memperdalam ketegangan atau menciptakan suasana murung dan sering digunakan dalam film misteri atau horor.

* High Key

Tata pencahayaan dimana lebih banyak memperlihatkan bagian-bagian yang cerah dibanding dengan bagian yang diliputi bayang-bayang, sedangkan subyek terlihat dalam warna separuh kelabu dan cerah, dengan kontras cahaya yang jauh lebih kecil. Tipe ini cocok untuk film komedi dan film-film ringan seperti musikal.

Adegan-adegan dengan pencahyaan kontras, dengan perbedaan ruang liput bagian yang gelap dan cerah yang luas sekali, lebih menghasilkan gambar yang lebih kuat dan dramatik dibanding dengan yang disinari secara merata.

Arah cahaya juga memainkan peranan penting dalam menciptakan citra visual. Penyinaran dari atas menciptakan efek yang sangat berbeda dengan penyinaran dari samping. Penyinaran dari belakang juga menghasilkan efek berbeda dengan penyinaran dari depan.

Terdapat tiga karakter atau sifat cahaya:

* Cahaya yang kuat, langsung dan tajam
* Cahaya menengah dan seimbang
* Cahaya yang berpencar dan lunak

Untuk detailnya jika ada request akan dibahas ditulisan berikutnya.


Sedikit Ringkasan

* Melakukan kegiatan analisa terhadap sebuah film tidak akan menghancurkan keindahan dan kemenarikan dari film tersebut.
* Salah satu keuntungan dari menganalisa film adalah kita dapat mengawetkan pengalaman yang diberikan sebuah film dalam fikiran kita sehingga dapat kita simpan lebih lama dalam ingatan.
* Dalam kegiatan apresiasi film, ketika kita menonton film maka akan terjadi dua peristiwa pada diri kita. Pertama kita akan hanyut dalam cerita dan alur film dan pada saat yang sama kita harus mempertahankan tingkat obyektifitas dan daya kritis kita.
* Jika kita tidak memperhatikan unsur-unsur yang paling manusiawi dalam sebuah film, atau tidak tertarik pada tokoh-tokoh dan karakter-karakternya maka kecil kemungkinan bahwa kita akan tertarik pada film itu sebagai suatu keseluruhan.

Bahan Baca

Asura, Enang Rokajat. 2005. Panduan Praktis Menulis Skenario dari Iklan sampai Sinetron. Yogyakarta: ANDI.

Bordwell, David & Thompson, Kristin. 2004. Film Art, An Introduction. New York: Mc Graw Hill.

Mangunhardjana, A Magija. 1976. Mengenal Film. Yogyakarta: Kanisius.

Nelmes, Jill. 2000. An Introduction to Film Studies. New York: Routledge.

Sani, Asrul. 1986. Cara Menilai Sebuah Film (terjemahan dari The Art of Watching Film oleh Joseph M. Boggs). Jakarta: Yayasan Citra.

sumber
Selanjutnya..

Jumat, 27 Agustus 2010

Ide Membuat Film

Dalam pelatihan-pelatihan pembuatan film, seringkali muncul pertanyaan. Dari mana ide bisa didapat ? Kecenderungan jawaban yang berkembang adalah dari mana saja. Keluarga, kawan, musik, baca buku dan lain sebagainya.

Benar sekali, bahwa dalam membuat film - terutama yang baru memulai – akan lebih baik adalah sesuatu yang dekat dengan si pembuatnya, karena sesungguhnya ada tiga tigkatan dalam memahami sesuatu :
Tahu. Ini adalah tingkatan yang paling rendah, sebab kita hanya sekedar mengetahui sesuatu dan biasanya hanya permukaannya saja.
Kenal. Tingkatan yang biasanya, sesuatu itu telah kita ketahui lebih dalam namun terkadang masih banyak juga informasi yang belum diketahui.
Paham. Sesuatu sudah kita ketahui sampai seluk-beluknya sehingga si pembuat sudah sangat dekat dengan permasalahan tersebut.

Contohnya :
Informasi tentang Gang Langgar.
1.Tahu
Bedul tahu letak Gang Langgar, misalnya dekat stasiun atau sebelah Bank Clurut.
2.Kenal
Bedul kenal letak Gang Langgar, misalnya dekat stasiun, banyak tukang becak mangkal, jalan tersebut satu arah dan banyak anak-anak bermain.
3.Paham
Bedul paham letak Gang Langgar, misalnya dekat stasiun, banyak tukang becak mangkal, jalan tersebut satu arah, banyak anak-anak bermain, kalau malam mesin motor yang lewat harus dimatikan, gang paling aman di daerah itu, dibangun oleh H. Kubil dan lain sebagainya.

***

Intinya, bila ingin mulai membuat film – baik film cerita maupun film dokumenter – sebaiknya mulailah mencari ide dari sesuatu yang dekat dengan pembuatnya. Hal yang paling mudah adalah kamar, rumah, tetangga, lingkungan dst. Selain melatih kepekaan dalam menghadirkan ceritanya, juga memudahkan kita dalam menyediakan dan memperlihatkan elemen-elemen visualnya.

Lalu bagaimana bila kita ingin membuat film yang idenya hanya sesuatu yang menarik kita. Cara satu-satunya adalah dengan melakukan riset terhadap ide tersebut. Riset ini tidak harus seperti para peneliti, walalupun kalau kita melakukannya seperti peneliti juga akan lebih baik. Riset di sini maksudnya adalah kita menggali informasi sebanyak dan sedalam mungkin sehingga pembuatnya dapat memahami permasalahannya.

Selanjutnya..

Kenapa Membuat Film Pendek ?

Membuat film, baik itu film pendek maupun film panjang adalah sebuah pekerjaan yang membutuhkan cinta dan dedikasi, kegilaan dan petualangan. Kenapa membuat film pendek?

Membuat film pendek bisa jadi untuk:
Pengalaman – Sebuah pengalaman dengan mengumpulkan sebuah team untuk membuat cerita dalam film.
Showreel – mengejar karir dalam pembuatan film dan juga untuk menunjukkan keahlian membuat film. Membuat film pendek agar mendapatkan funding untuk membuat film panjang.
Partnership – terjun langsung ke dalam sebuah organisasi untuk berkolaborasi dalam sebuah projeck. Bisa juga untuk menarik seseorang (produser, sutradara, penulis ternama) untuk menolong meningkatkan profil pembuatan film atau untuk meningkatkan profil perusahaan.
Mewujudkan ide – berusaha mewujudkan ide menjadi sebuah film atau mewujudkan ide untuk sebuah film panjang dengan membuat film dalam skala pendek. Bisa juga eksplorasi teknik pembuatan film. Mewujudkan sebuah ide yang hanya bisa dilakukan untuk film pendek.
Uang – mencoba membuat film dengan budget untuk membayar kru film. Biasanya jarang terjadi dalam pembuatan film pendek. Mendapatkan uang dari film pendek sangat jarang terjadi tetapi bukan tidak mungkin. Di Indonesia, film pendek belum menjadi sebuah industri.

sumber : filmpelajar.com
Selanjutnya..

Tentang Film Pendek

Film pendek merupakan primadona bagi para pembuat film indepeden. Selain dapat diraih dengan biaya yang relatif lebih murah dari film cerita panjang, film pendek juga memberikan ruang gerak ekspresi yang lebih leluasa. Meski tidak sedikit juga pembuat film yang hanya menganggapnya sebagai sebuah batu loncatan menuju film cerita panjang.

Film pendek pada hakikatnya bukanlah sebuah reduksi dari film cerita panjang, ataupun sekedar wahana pelatihan belaka. Film pendek memiliki karakteristiknya sendiri yang berbeda dengan film cerita panjang, bukan lebih sempit dalam pemaknaan, atau bukan lebih mudah. Sebagai analogi, dalam dunia sastra, seorang penulis cerpen yang baik belum tentu dapat menulis cerpen dengan baik; begitu juga sebaliknya, seorang penulis novel, belum tentu dapat memahami cara penuturan simpleks dari sebuah cerpen.
Sebagai sebuah media ekspresi, film pendek selalu termarjinalisasi –dari sudut pandang pemirsa- karena tidak mendapatkan media distribusi dan eksibisi yang pantas seperti yang didapatkan cerpen di dunia sastra.

Secara teknis, film pendek merupakan film-film yang memiliki durasi dibawah 50 menit (Derek Hill dalam Gotot Prakosa, 1997) . Meskipun banyak batasan lain yang muncul dari berbagai pihak lain di dunia, akan tetapi batasan teknis ini lebih banyak dipegang secara konvensi. Mengenai cara bertuturnya, film pendek memberikan kebebasan bagi para pembuat dan pemirsanya, sehingga bentuknya menjadi sangat bervariasi. Film pendek dapat saja hanya berdurasi 60 detik, yang penting ide dan pemanfaatan media komunikasinya dapat berlangsung efektif. Yang menjadi menarik justru ketika variasi-variasi tersebut menciptakan cara pandang-cara pandang baru tentang bentuk film secara umum, dan kemudian berhasil memberikan banyak sekali kontribusi bagi perkembangan sinema.

sumber : filmpelajar.com
Selanjutnya..

Senin, 16 Agustus 2010

Film 17 yang terlupakan





film yang di sutradari oleh irham hariyadi ini berhasil masuk nominasi pada festival film pelajar indonesia yang diadakan oleh Institut Kesenian Jakarta (IKJ)tahun 2010.

Link :
http://filmpelajar.com/berita/daftar-peserta-ffpi-2010-update-19-mei-2010

http://filmpelajar.com/berita/karya-lolos-seleksi-ffpi-2010

Film yang bercerita tentang seorang anak SMA yang memiliki kekurangan fisik , ingin memperingati kemerekaan RI ..

dengan latar tempat sekolahan dan setting tanggal 17 agustus yang mulai di lupakan (tidak di adakanya upacara bendera).

Film ini pada awalnya sang sutradara ingin menyampaikan ke prihatinanya terhadap generasi muda khususnya siswa SMA yang kurang kesadaranya dalam memperingati hari kemerdekaan republik Indonesia.

semoga kami bisa terus berkarya dan terus berkarya .

MERDEKA !!


Selanjutnya..

JOMPHO (Jepara Movie and Photography)



tanggal 19 Juni 2010 AMMATIRA pertama kali mengadakan pemutaran film dan pameran foto berlokasi di SMK N 3 Jepara.

dengan menggandeng komunitas-komunitas film indie jepara , jompho memutar sekitar 8 film indie dari 6 komunitas film yang pernah berproduksi.

meskipun baru pertama kali ini event seperti di gelar oleh komunitas film di jepara, acara ini cukup menarik minat para pengunjung yang mayoritas pemuda-pemudi yang suka ndengan dunia film dan foto di jepara.

semoga acara ini bisa menjadi agenda rutin AMMATIRA setiap tahun.

salam Independent ..
Selanjutnya..

Minggu, 14 Februari 2010

Format Skenario

Oke. Saatnya mengetahui format skenario. Skenario untuk film jelas beda dengan skenario FTV, sinetron, atau teater. Skenario film memiliki kekhususan format yang sebenarnya ditujukan untuk mempermudah proses produksi film tersebut, dari pra sampe pasca. Jika anda menggunakan software Final Draft, maka format penulisan secara otomatis sudah diaplikasikan. Untuk format standarnya dulu:

1. font Courier New. Saya sendiri nggak tau kenapa harus pake courier new. Mungkin disesuaikan dengan jaman baheula, dimana saat itu para penulis skenario masih menggunakan mesin tik jedag-jedug, yang fontnya courier new. Ini adalah standar internasional, dan percayalah, anda tidak ingin menggunakan font lain.
2. ukuran/size 12.
3. spasi satu (1). Bukan satu setengah, bukan dua.


Ketiga format dasar ini nanti ada hubungannya dengan durasi film. Secara internasional sudah diakui bahwa dengan font courier new, size 12 dan spasi 1, maka satu halaman skenario sama dengan satu menit film. 120 halaman skenario = 120 menit film, atau dua jam. Pernyataan ini pun sebenarnya masih tergantung juga pada seberapa detil penjelasan visual di skenario tersebut, dan berapa perbandingan antara penjelasan visual/action, dengan dialognya.

Inget, ini bukan masalah baik dan benar, buruk dan salah. Yang udah-udah, sebuah skenario film 90 halaman dengan gaya penulisan yang cukup umum digunakan, biasanya akan menghasilkan sebuah film dengan durasi tidak jauh dari 90 menit (yah, antara 80-100 menit mungkin). Ada juga pengecualian untuk seorang filmmaker Eropa (Perancis) jaman dulu yang membuat film dengan hanya menggunakan 10 halaman skenario (atau mungkin lebih tepat kita sebut sinopsis aja), tapi jadi film panjang berdurasi 100 menit. Klik sini untuk contoh skenario.

sumber : idecerita.blogspot.com
Selanjutnya..

Contoh Skenario

FADE IN:

1. INT. KAMAR JOKO - MALAM - JOKO

SUARA JAM BERDENTING SATU KALI. Kamar yang berantakan. Monitor komputer diatas meja menyala. Lampu duduk di sudut meja menerangi ruangan dengan warna kuning redup. Seekor kecoa menyusuri lantai, melewati tas ransel, gitar, celana panjang, baju, sejadah, dan menyelinap ke belakang CPU. JOKO, 23, laki-laki muda berambut panjang dengan kaos hitam dan celana pendek merah motif bunga Hawaii sedang berbaring di atas kasur, melihat ke arah telepon genggam yang sedang dipegangnya. Ibu jari gemetar diatas tombol bergambar gagang telepon berwarna hijau. Joko menelan ludah.


2. INT. KAMAR MIRA- MALAM - MIRA

SUARA PINTU TERBUKA. Cahaya dari luar menerobos masuk kedalam kamar. SUARA TOMBOL LAMPU DINYALAKAN, kamar menjadi terang. Tempat tidur dengan bed cover biru dengan motif bintang-bintang. Kosmetik-kosmetik dan foto sepasang pria dan wanita berada diatas meja rias. MIRA, 25, perempuan cantik mengenakan blouse dan rok motif bunga berimpel menghambur masuk dan menaruh snel jas di kursi rias, mengambil telepon genggam dari saku snel jas dan meletakkannya di atas laci sebelah tempat tidur. Ia membantingkan diri ke tempat tidur dan menutup kedua matanya dengan lengannya. Ia menghela nafas panjang.

INTERCUT ANTARA JOKO DAN MIRA

Joko menaruh telepon genggam diatas meja sebelah tempat tidur, berguling, dan menutup seluruh tubuh dengan selimut.

Mira menyelimuti diri dengan bed cover.

Kepala Joko menyembul dari dalam selimut. Ia melirik ke arah telepon genggam.

Mira memejamkan mata. Tiba-tiba TELEPON GENGGAM BERDERING. Mira terperanjat, bangun dan mengambil telepon genggam. Nama "Joko" berkedip-kedip. Mira bertaut alis. Ia menjawab telepon itu.

Joko menempelkan telepon genggam di telinganya. Ia berdeham.

JOKO

Halo?

MIRA

Halo.

JOKO
(tersenyum)

Hai.

MIRA
(melihat ke arah jam dinding)

Gue perlu istirahat.

Joko diam.


MIRA (CONT'D)

Ada apa?


dst dst...

Sumber : idecerita.blogspot.com
Selanjutnya..

Minggu, 07 Februari 2010

Pemutaran film di Widya Mitra bersama SMASA


Pada tgl 6 Februari 2010 kemarin .. anak-anak AMMATIRA kembali menggeliat dengan mengikuti parade film yang bertitle "MOVIE meet" acara yang di buat oleh anak-anak cinematografi SMA 1 Semarang yang didukung oleh Widya Mitra, Hob Nob, Kronik, dan HITW Management. di event kali ini kami mengirimkan 3 film garapan 2009, 2 film dokumenter dari festival film di jepara yang berjudul "Melepas Macan Kurung" dan Dedi Cah Natah", sedangkan 1 film iklan layanan masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan "Do Something".

Di acara ini juga di putar film-film dari beberapa komunitas film SMA di Semarang, seperti dari SMA Loyola, dan SMA N 1 Semarang sendiri. Di putar juga beberapa film-film dari festival luar negeri. sangat menarik melihat beberapa film dari teman-teman komunitas film di semarang, mereka sangat ekspresif dan percaya diri dalam mengapresiasi film. mereka juga sangat antusias dalam menonton film-film dalam event kali ini.

ini kali pertama kami berekspresi bersama dan semoga lain kali bisa berkarya bersama kembali.

terima kasih buat teman-teman yang telah mendukung kami.

^_^

Selanjutnya..
 

Event